Wednesday, May 25, 2011

Sepenggal Kisah Klasik

Diposkan oleh Min miN RiN di 11:24 PM
Rabu, 25 Mei 2011. Tidak terasa sudah 22 tahun berlalu. Rasanya baru kemarin aku merasakan riangnya masa anak-anak, canda tawa teman-teman SD, keminderan masa-masa SMP dan akhirnya perlahan membuka diri di SMA. Masa-masa itu telah berlalu. Sekarang yang aku hadapi adalah usia yang menuju kematangan. Kematangan dalam berfikir dan bertindak.
Mulai sekarang jangan ada lagi keluh kesah. Selalu mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadaku. Memperbaiki kualitas ibadah, dan juga mengembalikan semangat membaca yang perlahan tapi pasti mulai luntur. Jangan sampai semangat membacaku benar-benar luntur!!! Semangat!!!
Masa kecil, adalah masa yang paling menyenangkan. Tidak ada beban. Yang ada hanyalah keinginan untuk bermain, mencari tahu apa yang membuat kita penasaran. Bertengkar dengan teman hanya gara-gara masalah sepele. Benar-benar tidak ada beban.
Teringat dulu masa kecilku. Aku tumbuh di tengah-tengah keluarga besar di desaku. Ya, empat dari tujuh saudara bapak tinggal di desa yang sama. Selain itu juga, aku mempunyai tiga sepupu yang sebaya denganku. Kami lahir di tahun yang sama hanya berbeda bulan. Lucu juga melihat hubungan kami, apalagi kami yang saling memanggil "Mba".
Atin, aku memanggilnya Mba Atin. Kupanggil dia  dengan embel-embel "Mba" karena dia adalah anak dari budeku. Sebaliknya, Mba Atin memanggilku "Mba Liza" karena aku yang lahir di bulan Mei (hari ini) sedangkan dia bulan Oktober. Heheheee... Sementara si kembar Mba Ida dan Mba Nurul, kupanggil mereka "Mba" karena mereka anak dari pakde-ku. Dulu mereka sempat memanggilku dengan embel-embel "Mba" juga. Tapi entah sejak kapan mereka hanya memanggil namaku saja.
Karena kami sebaya, maka kami disekolahkan di sekolah yang sama. Kami dulu dimasukkan ke sekolah TK Masyitoh. Setiap hari kami selalu diantar jemput oleh supir pribadi kami. Man Sukar. Hehehee... Sebenarnya beliau adalah tukang becak yang tinggal dekat dengan rumah Mba Atin dan si kembar. Makanya beliau dipercaya untuk mengantar jemput kami di sekolah.
Ada banyak kenangan yang terjadi dengan Man Sukar dan becaknya. Becak bersejarah buat kami. Di atas becak itu kami berempat bercanda bersama. Setiap pagi kami selalu melalui jalan yang sama menuju sekolah. Hanya saja sesekali lewat jalan tikus supaya lebih cepat sampai. Kami menikmati perjalanan menuju sekolah. Suasana desa kami dulu dan sekarang sudah berbeda jauh. Dulu masih banyak sawah-sawah yang di atasnya ditanami padi dan aneka tanaman lainnya. Sekarang desa kami sawah-sawah sudah banyak yang "ditumbuhi" rumah-rumah atau petokoan.
Kembali tentang becak. Ada kenangan yang sangat lucu yang masih aku ingat sampai sekarang. Sebuah kecelakaan. Bukan kecelakaan parah dan berbahaya. Malah menurutku ini adalah kecelakaan yang lucu.
Seperti biasa sekitar jam 9 kami menanti kedatangan Pak Supir kami, Man Sukar. Setelah sekian menit menunggu, akirnya beliau datang juga. Kamipun segera naik di atas kendaraan yang sangat nyaman itu. Kemudian Man Sukar mulai beraksi melaju di jalanan dari desa Ujungrusi menuju Harjosari Kidul. Kami begitu gembira sampai-sampai di atas becak kami bernyanyi. Aku lupa lagu apa yang kami nyanyikan. Tiba di depan gerbang desa Harjosari Lor, kami melihat ada penjual es goyang agak jauh di seberang. Kami pun merengek minta dibeliin es. Man Sukar dengan senang hati membelikannya untuk kami.
Sementara Man Sukar membeli es krim, kami berempat menunggu es krim di atas becak. Naluri keartisan kami muncul. Kami kembali bernyanyi, kali ini kami menyanyikan lagunya Elvi Sukaesih yang saat itu sedang populer, Senggol-Senngolan. Kami tidak hanya bernyanyi, kami bahkan menari-nari di atas becak itu. Saking asiknya nyanyi sambil nari, becak pun ikut bergoyang dan akhirnya jatuh. Ya, kami jatuh miring ke kanan jalan, hampir ke tengah jalan. Untunglah tidak ada kendaraan lewat saat itu. Para tukang becak yang sedang "ngetem" disitupun langsung menolong kami. Mau menangis koq rasanya malu, akhirnya tangis kami ditahan hingga sampai rumah.
Hahhahaaa... kadang aku suka tertawa sendiri mengingat kenangan-kenangan masa kecil. Anak-anak jaman sekarang mana ada yang mau naik becak kalau tidak terpaksa.
Yach, begitulah sepenggal kisah klasik di jaman TK dan insya Allah akan selalu menjadi kenangan bagi kami.
Wah, rasanya jadi kangen sama mereka. Apa kabar ya mereka?

0 komentar on "Sepenggal Kisah Klasik"


 

Se❤MinJung L❤VE Diam❤nd Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez