Zaman sekarang, bila ada dua anak manusia yang berlawanan jenis saling menyukai, maka hampir dipastikan mereka akan menjalani kegiatan pacaran. Entah pihak cowok yang "nembak" duluan, ataupun pihak cewek dengan alasan emansipasi yang "nembak" pada si target.
Aktivitas ini sebenarnya masih tidak kumengerti karena aku belum pernah menjadi salah satu pelakonnya (tapi aku bukan penyuka sesama jenis lho! ^_^). Tapi, aku sering memperhatikan orang-orang dan teman-teman di sekitarku.
Aktivitas ini sebenarnya masih tidak kumengerti karena aku belum pernah menjadi salah satu pelakonnya (tapi aku bukan penyuka sesama jenis lho! ^_^). Tapi, aku sering memperhatikan orang-orang dan teman-teman di sekitarku.
Akhir-akhir ini aku lagi sering dengar kata "putus". Beberapa bulan yang lalu, temanku putus dengan pacarnya. Pacarnya itu lebih muda usianya dibandingkan temanku. Istilah sekarang, pacaran sama berondong gitu lah. Aku nggak tega melihat dia sedih. Temanku itu menangis sampai berhari-hari (alhamdulillah masih sempat tidur...). Mungkin berat buat dia yang tiba-tiba diputusin sama pacarnya itu. Apalagi temanku itu sudah sangat sayang sama pacarnya. Kasihan.
Beberapa bulan kemudian, ada lagi seorang temanku yang juga putus sama pacarnya. Nah, kalo yang ini beda kasusnya. Kali ini temankulah yang meminta putus. Menurut cerita temanku sih, dia sudah tidak tahan dengan sikap pacarnya. Pacarnya seperti tidak menganggap temanku ada. Jarang telepon, jarang sms, kadang romantis, tapi lebih sering egois. Yach, aku sebagai wanita pasti juga merasa sakit hati diperlakukan seperti itu. Bahkan, setelah mereka putuspun, sepertinya si mantan itupun seperti tidak ada beban. Malah sekarang dia mulai aktif di dunia maya. Kemarin-kemarin kemana waktu temanku membutuhkannya. Selalu saja ada alasan sibuk.
Well, cinta cinta cinta. Tidak akan pernah ada bosannya orang membicarakannya. Cinta dan berbagai macam problemanya. Meskipun berribu-ribu orang putus cinta, berjuta-juta orang masih menunggu cinta sejatinya. Lalu, kapan giliranku ya? Hehehheee...
Kembali ke topik. Melihat fenomena putus cinta, aku sedikit mengerti satu hal, bahwa hubungan akan langgeng jika saling ada komunikasi antara keduanya. Selain itu juga harus ada kepercayaan.
Seperti kasus temanku yang pertama. Dia diputusin pacarnya karena pacarnya tidak tahan dengan sikap manja temanku beberapa minggu sebelum mereka akhirnya putus. Padahal menurut cerita temanku, dia sengaja melakukan hal itu untuk memberi surprise buat ultah pacarnya itu. Nah lho?! Kalo kayak gini mau nyalahin siapa? (mending nyalahin para koruptor aja dech!).
Lalu kasus temanku selanjutnya, dia minta putus dari pacarnya karena dia sulit menghubungi pacarnya. Bahkan kata "putus" pun secara sepihak dilontarkan oleh temnaku karena benar-benar tidak tahan. Yach, mungkin si dia lagi sibuk. Tapi setidaknya sekali dalam sehari dia mengirim kabar pada temanku, itu yang diinginkan temanku. Hal ini sudah berkali-kali disinggung oleh temanku pada pacarnya, dan dia pernah bilang akan berubah. Tapi itu cuma di awal. Hari-hari berikutnya, sama aja kayak sebelumnya. Tiba-tiba "menghilang" tak tau rimbanya. Bahkan temanku sampai tahu kegiatan apa yang sedang dilakukan oleh pacarnya itu ya dari temannya yang seorganisasi dengan pacarnya. Parah parah!
Baru saja, teman sebelah kamarku datang dengan muka merah padam menahan tangis. Kukira semalam dia jadi pulang ke rumah. Taunya dia nongol sambil bawa tas penuh. Dia cerita dengan L (teman depan kamar), bahwa hubungannya dengan pacarnya terancam putus. Kalau yang ini karena sudah ada sangkut paut dengan orang tua. Ortu temanku beberapa kali meminta kepastian dan kejelasan hubungan mereka (maksudnya ke arah pernikahan). Sementara si cowok sepertinya masih belum siap dengan "tanggung jawab" itu.
Yang ini sudah merambah ke pernikahan euy! Ada bagusnya sich, maksudnya, temanku ini tidak ingin berlama-lama pacaran. Katanya sih, takut nambah dosa (nyadar juga dia. heheheeee...)
Aku selama ini hanya bisa menjadi pendengar yang baik. Aku tidak bisa memberikan solusi yang menurut mereka baik untuk hubungan mereka. Yach, karena aku bukan pelakon pacaran. Insya Allah, Allah sudah menyiapkan yang terbaik bagiku tanpa harus dilewati dengan kegiatan pacaran. Bismillahirrohmaanirrohiim...
0 komentar on "Putus Cinta"
Post a Comment