Thursday, July 22, 2010

[Cerpen] Our Memories

Diposkan oleh Min miN RiN di 11:28 AM
Malam ini dingin. Kau tau kenapa? Hmm... memang cuaca akhir-akhir ini nggak nggak menentu. Siang hari panas, tapi begitu bulan menampakkan wajahnya, semilir angin dingin seperti berebut ingin menguasai malam. tapi, malamku dingin bukan karena itu. Malamku dingin karenamu. Tapi aku tak bisa menyalahkanmu.






Kau ingat pertanyaanmu dua tahun yang lalu? Hari ini, persis tanggal ini. Aku masih ingat karena aku menulisnya di buku diary. Aku juga mencatat hari dimana kita baru pertama kali berkenalan. Aku ingat bagaimana kita berkenalan. Baik, aku akan mengingatkanmu. Waktu itu kau tiba-tiba berdiri di sampingku, dan bertanya tentang tugas yang diberikan Pak Rahmat pada kita. Aku ingin ketawa kalo ingat itu. Soalnya, setelah itu kamu cerita banyaaaaaaak banget. Tapi yang memberi kesan berbeda adalah... kau bercerita tentang drama korea. Hmm... setahuku, cowok (beberapa cowok yang aku kenal) nggak ada yang suka sama drama korea. Tapi kamu berbeda. Kamu malah asyik cerita kalo kisah percintaan temanmu mirip banget sama salah satu drama korea, dan itu drama korea yang aku juga sangat suka.
Hmm... Jujur aja, kesan pertamaku sama kamu adalah... kamu itu cowok aneh. Maaf kalo kamu tersinggung. Tapi jangan lama-lama ya tersinggungnya. Please... Soalnya aku paling nggak tahan kalo kamu ngediemin aku.
Gimana? Udah inget tanggal ini dua tahun yang lalu kamu tanya apa sama aku? Masih nggak inget juga? Hmm... dari dulu ingatanmu masih juga jelek. Payah ah!
Kau tau, aku masih ingat kenangan-kenangan saat aku bersamamu. Kau paling suka menggoyang-goyangkan motormu waktu ngeboncengin aku. Kita juga pernah nyanyi-nyanyi di jalan waktu sama temen-temen mau ke alun-alun. Kau masih inget lagu apa? Bukan lagu romantis yang bikin nangis... tapi lagu Gambang Suling. Aku suka ketawa sendiri kalo inget itu.
Kau paling suka cerita. Apa aja kamu ceritain. Kadang-kadang aku jadi penasaran, apa semua cerita yang kamu ceritain ke aku, juga kamu ceritain ke temanmu yang lain? Atau, memang hanya aku yang tau?
Kau masih ingat saat aku nemenin kamu bikin tugas selama tujuh jam? Tujuh jam duduk di depan komputer, ngutak-atik blog. Dari sebelum Dhuhur sampai habis Maghrib. Setelah itu kita berdua makan soto bareng di warung makan dekat lembah.
Tapi apa kau tau kalo dulu aku paling sebel kalo ngeliat kamu lagi deket-deket sama temen kita juga, Uni. Kau tau aku cemburu? Tapi aku nggak bisa ngelakuin apapun. Karena kamu bukan siapa-siapaku dan aku bukan siapa-siapamu. I'm just your friend. Just your friend.
Kau mau tau apa saja gosip yang beredar di kelas? Katanya kita berdua jadian, katanya kita berdua tunangan. Hahahaaa... kau tau kan aku nggak pernah mau pacaran? Kukira kau tau itu dengan baik.
Kenapa kau begitu baik sama aku? Kau nggak pernah menolak permintaanku kecuali kamu lagi ada kepentingan lain. Apa kau ingat hal apa aja yang udah kamu lakukan buatku?
Kau pernah mengantarku sampai depan dekanat waktu kakiku sakit (itu hal terromatis yang pernah aku alami), kau langsung datang waktu aku minta tolong buat bawa aku dari sekelompok cewek yang mencurigakan (aku sangat berterima kasih untuk itu), kau sapelalu bilang iya kalo aku minta diantar ke suatu tempat. Ah! Ada banyak hal sampai aku makin merasa suka padamu. Apa kau juga merasakan itu?
***
"Dimana kau temukan kertas ini?" seorang laki-laki bertubuh tegap menatap nanar sehelai kertas folio. Tulisan di atasnya sangat dia kenal. Berkali-kali dia mengingat, dia makin yakin bahwa tulisan di tangannya adalah tulisan Rani.
"Di sela-sela buku ini" Vera memperlihatkan sebuah buku. Buku jurnal berwarna hitam. Di ujung kanan atas dan bawah sampulnya ada stiker kupu-kupu berwarna merah muda.
"Buku ini..."

"Kau tau siapa pemilik buku ini Ndre?" Vera menilik mimik muka Andre yang menjadi berbeda setelah membaca kertas folio itu. "Ndre?" panggil Vera sekali lagi. Andre segera tersadar dari alam pikirannya sendiri.
"Iya" ucapnya singkat. Namun Vera bisa merasakan ada segurat nada kekecewaan di dalamnya. Kekecewaan yang mungkin akan menjadi penyesalan. Kekecewaan yang harus dibayar mahal.
"Siapa?"
"Seorang teman" Andre melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam buku jurnal itu, lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Vera tidak berani bertanya lagi. Andre menarik napas panjang, mencari kembali senyumnya yang sempat hilang. "Mama mana Ver?"
***
Ndre, kau masih ingat sebutan apa yang kau berikan padaku? Cuma kamu yang menyebut itu padaku. Kau selalu menyebutku dengan sebutan RanRan. Lucu juga. Yach, memang sih aku selalu berlagak nggak suka dengan panggilan itu. Tapi, di dalam hati sebenernya aku berjingkrak-jingkrak. Karena itu terdengar seperti panggilan sayangmu padaku. Bolehkan aku berharap?
Entah sejak kapan aku mulai menyukaimu. Tapi, berada di sisimu membuatku merasa dilindungi, merasa aman, nyaman. Apa kau juga merasakan hal yang sama? Semoga saja iya. Aku akan sangat senang sekali.
Kau masih ingat waktu kita bertengkar. Dan, meski kita sedang bertengkar, kau tetap aja baik padaku. Kau salah paham waktu itu. Aku pernah menjauhimu. Kau pikir aku menjauhimu karena aku udah punya temen yang lain yang aku dapat dari chatting di dunia maya. Kau salah. Aku menjauhimu karena aku nggak siap dengan sikapmu yang terlalu baik padaku. Melebihi sikap baik seorang teman. Dan, saat itu aku bukannya berteman dengan teman chattingku. Oke, emang aku punya temen lain, cowok. Tapi aku kenal dia bukan dari dunia maya. Aku berkenalan dengannya in the real life. Tapi,aku nggak pernah memberitahumu hal ini. Biar aja kamu dengan pikiranmu itu. Mungkin itu lebih baik.
Kau tau? Saat kau mendiamkanku, aku merasa sangaaaaaaaaattt bersalah. Aku ingin minta maaf, tapi aku nggak berani. Aku juga heran kenapa aku nggak punya keberanian untuk minta maaf padamu. Aku bener-bener takut kehilangan kamu. Salahkah itu?
Akhirnya aku menyadari, aku mulai menyukaimu. Maaf, aku nggak bisa mengatakan aku mencintaimu. Bagiku, kata-kata "aku mencintaimu" hanya aka kukatakan pada suamiku seorang, dan aku harap itu kamu. Kau mau menjadikanku sebagai istrimu?
Ya Ndre, ada sesuatu di hatiku yang kujaga hingga saat ini, dan aku nggak tau entah sampai kapan. Dua tahun lalu kau pernah bertanya padaku, "would you be my girl?" Pertanyaan yang belum pernah aku jawab sampai sekarang.
***
"Ma, kayaknya kita berdua akan merasa nyaman tinggal di rumah ini" Andre mendekati ibunya. Buku jurnal itu masih ditangannya, digenggam erat-erat.
*****

0 komentar on "[Cerpen] Our Memories"


 

Se❤MinJung L❤VE Diam❤nd Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez